PMK ITS Event Update

Minggu, 04 November 2012

Memberi yang Terbaik

Shalom, apa kabarnya teman-teman PMK ITS? semoga tetap luar biasa ya.
Postingan kali ini diambil dari rangkuman Persekutuan Jumat pada tanggal 2 November kemarin, di mana pembicaranya Bu Ellina yang merupakan dosen Teknik Lingkungan ITS. Sedikit info saja, Bu Ellina baru saja mengalami jatuh dan ketika menjadi pembicara di PJ kita hari itu Beliau masih dalam kondisi kurang baik, tapi Puji Tuhan, semangat Bu Ellina untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan di PJ kita tidak berkurang, dan tetap semangat sampai akhir PJ loh. Terima kasih Bu Ellina. Tema PJ minggu ini adalah "Memberi yang Terbaik".

Sebagai permulaan Bu Ellina memberikan pandangan kepada teman-teman mengenai apa itu persembahan pada perjanjian baru dan perjanjian lama, serta bagaimana asal usul nya. Pada perjanjian lama dikatakan Tuhan ingin umatNya yang dikasihiNya tetap bergantung dan percaya padaNya, dan salah satu jalan untuk menunjukkan ikatan tersebut adalah melalui kurban, itulah kenapa ada beberapa kurban yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup pada jaman perjanjian lama tersebut.
Dalam Perjanjian Baru, kurban bakaran dan kurban-kurban lain tidak diperlukan lagi, kenapa? Karena seluruh pengurbanan tersebut sudah dipenuhi oleh pengorbanan Yesus.
Nah, persembahan yang kita berikan sekarang bukan lah pengikat yang menyatakan kepercayaan kita, tapi sebagai ucapan syukur kita atas apa yang telah Dia lakukan.
Kalau kita melihat kebenaran Firman Tuhan dalam Alkitab yang membicarakan mengenai persembahan, kita dapat melihat dalam Markus12:41-44 bahwa Yesus lebih melihat kualitas pengorbanan yang mendasari persembahan, kita juga tau dari cerita Janda miskin bahwa, ia memberi maksimal yang dapat dia beri, dan itulah yang penting. Kebalikannya dalam Kis5:1-11 kita bisa membaca kisah Ananias dan Safira yang tidak mau memberikan yang terbaik, bahkan berusaha membohongi Allah karena hal persembahan, dan akibatnya sangat fatal. Belajar lagi dari cerita 5 roti dan 2 ikan, di mana respon anak kecil tersebut mengingatkan kita untuk mengucap syukur dengan memberi, tapi tidak dengan bersungut-sungut, tapi dengan sukacita, seperti tertulis dalam 2 Korintus 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaansebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Mengapa sih kita harus memberi? yah, supaya kita tidak serakah, supaya kita ingat apa yang kita punya sekarang sebenarnya adalah milik Bapa, dan tentu saja karna Dia telah memberikan hal yang paling berharga untuk kita, yaitu hidup kekal. Untuk itu kita harus mengatur apa yang kita miliki, tidak hanya persembahan dalam bentuk uang, tapi juga waktu kita, tenaga kita, karna seharusnya kita mempersembahkan hidup kita sepenuhnya, karna seluruh keberadaan meliputi waktu, tenaga, pikiran, serta talenta merupakan keseluruhan persembahan orang percaya (Roma12:1).
Oleh karena itu, mari persembahkan dana, waktu dan kemampuan terbaik dari kita untuk berperan aktif dalam melayani Tuhan. Mungkin terasa susah, tapi tetaplah siap, sedia dan taat kepadaNya. :)

Oh iya Bu Ellina juga memberikan "PR" kepada kita, bagaimana belajar merancangkan keuangan (membuat rencana keuangan) serta belajar merancangkan kegiatan/talenta kita (membuat rencana kegiatan) yang contohnya dapat dilihat di softcopy dari tampilan slide  berikut ini.

Tuhan Memberkati.

Minggu, 07 Oktober 2012

Sudahkah Saya Membuat Pilihan yang Tepat?

Shalom teman-teman, bagaimana kabarnya? Semoga semakin terberkati ya. Pada postingan kali ini akan ditulis ulang materi persekutuan jumat pada tanggal 28 September 2012 yang pembicaranya Kak Rendra Himawan serta ada persembahan pujian dari Vocal Grup "HORAS".


Seperti judul postingan ini, tema pada minggu ke-4 dari Bulan September untuk Persekutuan Jumat kita adalah "Sudahkah Saya Membuat Pilihan yang Tepat?" hayoo, temen-temen sudah membuat pilihan yang tepat belum dalam kehidupan teman-teman? hehehe..
Berbicara tentang Pilihan yang Tepat, Kak Rendra bilang
" PEMBICARAAN tentang PILIHAN yang BENAR adalah PEMBICARAAN ORANG DEWASA!!!"
yak, yang setuju katakan amin.. hehehe.. Dewasa di sini bukan lagi membicarakan masalah umur, tapi tentang pola pikir, yuk kita samakan persepsi mengenai kedewasaan itu sendiri, berbeda dengan anak-anak yang lebih senang bertindak, merasakan baru berpikir, seseorang yang dewasa akan berpikir dahulu, bertindak dan merasakan. anak-anak biasanya terpusat pada diri sendiri dan mengerjakan apa yang dia sukai serta meilih yang disukai sesuai keinginan tanpa pertimbangan lain, sedangkan orang dewasa seharusnya mempunyai kepedulian terhadap sekitar, menyukai apa yang dia kerjakan dan memilih pilihan yang terbaik.
Dalam 1 Korintus 13:11 tertulis "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.". Semua pasti yakin dong kalau sekarang kita sudah bisa disebut dewasa, nah sesuai dengan ayat yang barusan, kita adalah orang dewasa yang seharusnya memikirkan dan mengambil yang terbaik serta membuang sifat kekanakan kita dalam menentukan pilihan. Nah seringkali kita masih berpikiran salah seperti pikiran anak-anak dalam hal pilihan, misalnya:

  • Tuhan mengasihi saya, maka Tuhan memberikan saya sesuai dengan apa yang saya inginkan, wah tentu ini tidak tepat ya, karena apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik menurut Tuhan, coba kita baca Yesaya 55:8a ya, dikatakan disana "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu".
  • yang kedua, kadang kita berpikir pelayanan dan doa saya seharusnya membuat saya mendapatkan apa yang saya inginkan. Tet tott.. Pemikiran seperti ini tentu salah ya teman-teman, karena pelayanan kita seharusnya didasari karena ucapan rasa syukur kita atas apa yang telah Dia lakukan. Untuk urusan apa yang akan Dia berikan, urusan masa depan kita, itu sepenuhnya rancangan Bapa, yang harus kita lakukan adalah mengasihi Tuhan dan melakukan bagian kita dengan sepenuh hati (Kolose3:23)
  • Ketiga, kadang kita merasa kita sudah berjalan di jalan yang Tuhan kehendaki kalau kita tidak menemukan ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan di dalamnya. Hem, kalau kita beranggapan bahwa pilihan yang benar itu selalu tidak memiliki gangguan untuk dijalani, maka baca Matius7:13-14 ya, justru jalan menuju keselamatan itu sempit dan sesak, sedangkan jalan menuju kebinasaan itu lebar. Bukannya kita juga diutus seperti domba di tengah serigala (Lukas 10:3), menentukan pilihan yang benar dalam mengikut Yesus juga harus memikul salib dan menyangkal diri (Markus3:34) jadi itu artinya kita harus bersiap dengan segala resiko, ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan yang akan terjadi ketika kita mengambil suatu pilihan, bukan mengambil pilihan yang 'aman', tapi mengambil pilihan yang benar.
Dalam mengambil pilihan yang benar, kita harus membuat keputusan, karena kita punya free will sebagai kepercayaan Allah kepada kita sebagai perwakilanNya. tapi free will yang diberikan ini bukan berarti kita dapat sembarangan dalam mengambil pilihan tapi kita mengambil pilihan karena kita mengerti kehendakNya. Efesus 5:15&17 BIS mengatakan "Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak. Jangan bodoh, tetapi selidikilah apa yang dikehendaki Tuhan."
Setelah mengambil keputusan, kita harus menaruh iman dalam keputusan kita itu. "Aku mau, keputusanku sesuai kehendak-Mu". Kalau kita berasal dari dunia, mungkin kita akan meminta untuk melihat dulu, baru percaya, tapi dalam Yesus kita punya rule yang berbeda, ketika kita percaya, maka kita akan melihat, bahkan Ibrani 11:1 mengatakan iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Kerjakan iman itu dengan pengharapan. Hope atau pengharapan adalah bagaimana kita tetap dapat bertahan dalam iman kita. Pengharapan akan keputusan yang kita ambil adalah pilihan yang diberkati dan dikehendaki Tuhan.
yang terpenting, Jadikanlah Kasih Tuhan dasar segalanya. dengan begitu kita tetap tinggal dalam hasih Tuhan, karna kita tahu, kasihNya adalah sesuatu yang menyembuhkan ke dalam dan memberkati ke luar.

Renungan ini ditutup dengan sebuah ilustrasi, misalkan saja, kita sedang mengendarai sebuah mobil, dengan Yesus ada di samping kita, ketika berada di pertigaan, kita tidak tahu harus mengambil jalan ke kanan atau ke kiri, kita sama-sama tidak mengetahui kedua arah itu akan membawa kita ke mana, lalu kita menanyakan kepada Yesus, jalan mana yang harus kita ambil, ternyata Yesus mengijinkan kita mengambil jalan sesuai keinginan kita, jalan manakah yang akan kita ambil?
ketika kita memutuskan mau belok ke kanan, atau ke kiri, yakinkan satu hal, bahwa kita mau Bapa tetap disamping kita, karna ketika kita tidak berjalan sesuai kehendakNya, tapi Ia disamping kita, maka Dia lah yang akan membimbing kita kembali kepada jalan yang dikehendakiNya.
Tuhan Memberkati.

ppt dapat diunduh di sini

Senin, 24 September 2012

Hari Ini Indah, Namun... 


Seorang anak laki-laki buta duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terbalik di kakinya untuk menampung sumbangan dari orang-orang lewat. Ia menaruh sebuah karton putih dengan tulisan: "Saya buta, tolonglah saya."

Di topi itu terlihat sedikit koin. Seseorang berjalan mendekat. Ia mengambil beberapa koin dari kantungnya dan menjatuhkannya di topi itu. Ia kemudian mengambil karton putih itu, membaliknya dan menuliskan beberapa kata. Ia menaruh kembali karton putih itu sehingga setiap orang yang berjalan melewati anak buta itu dapat membaca kata-kata barunya.

Dengan segera topi itu mulai dipenuhi koin. Banyak orang mau memberi uang kepada anak buta itu. Sore harinya lelaki yang telah mengganti perkataan di karton putih itu datang lagi untuk melihat bagaimana hasilnya. Anak laki-laki buta itu mengenali lelaki itu dari langkah-langkah kakinya, sehingga ia bertanya, "Apakah bapak adalah orang yang mengganti tulisan di karton putih tadi pagi? Apa sih yang bapak tulis?"

"Saya hanya menuliskan kebenaran. Saya menuliskan apa yang engkau tulis tapi dengan cara berbeda." Apa yang ia tulis adalah: "Hari ini hari yang indah, namun saya tak dapat melihatnya."

Apakah karton dengan tulisan pertama dan kedua sama? Tentu saja kedua tulisan itu mengatakan kepada orang-orang lewat bahwa anak itu buta. Karton dengan tulisan kedua mengatakan bahwa mereka sangat beruntung dapat melihat hari yang indah karena mereka tidak buta. Janganlah heran kalau karton kedua lebih efektif mengajak orang bersyukur dan mendorong orang-orang untuk memberi uang kepada anak buta itu.

Bersyukurlah atas setiap yang ada pada kita ataupun yang tidak ada pada kita....Tetaplah Bersyukur.......
Gbu!

sumber : http://yesuskristus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=205&Itemid=44

Kamis, 09 Agustus 2012

Mengapa Sulit Mengucap Syukur ?

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depanruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

 
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
 
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yangdiminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Adabanyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
 
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. " Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".
 
"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku. Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."
 
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."
 
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."
 
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."
 
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".
 
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."

"Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."
 
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."
 
"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa engkau lebih diberkati dari pada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".
 
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa. diberkatinya kita semua. 

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu ."
 
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih.
"Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anug'rah-Mu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi."


 sumber : www.kidung.com 

Senin, 09 Juli 2012

Keunikan Pemalas

Bacaan: Amsal 26:13-16

Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.- Amsal 26:14


Menjadi seorang pemalas tidaklah sulit. Hebatnya lagi, setiap pemalas pasti memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Berikut saya akan paparkan keunikan-keunikan seorang pemalas. Berharap agar pemalas yang kebetulan membaca tulisan ini tidak tersinggung, melainkan mulai mengubah kebiasaan hidupnya.
Pertama, selalu saja memiliki alasan untuk menghindar dari sebuah pekerjaan. Cobalah tengok kehidupan seorang pemalas yang Anda kenal. Tak perlu kaget kalau orang tersebut selalu saja punya alasan untuk “menyelamatkan diri” dari pekerjaan yang sudah menanti. Dalam kehidupan berjemaat, hal yang sama juga berlaku. Bagi jemaat yang masuk kategori “pemalas” akan selalu punya alasan untuk tidak pergi ke gereja, cuaca yang buruklah, pendeta yang membosankanlah, fasilitas gereja yang tidak nyaman, dsb.
Kedua, selalu menunda pekerjaan.
Tak perlu heran kalau melihat seorang pemalas selalu menunda pekerjaan yang harusnya segera diselesaikan. Itu memang sudah menjadi ciri khasnya. Menunda pekerjaan dan membiarkannya sampai menumpuk. Lalu setelah kelimpungan, barulah ia bingung sendiri dan bisa-bisa malah tidak mau mengerjakannya sama sekali. Tuhan tidak pernah menunda pekerjaanNya. Bayangkan saja seandainya Tuhan menunda-nunda pekerjaanNya, bisa-bisa matahari tidak bersinar hari ini atau kelangsungan alam ini bakal terancam!
Ketiga, tidak pernah setia dengan apa yang telah dipercayakan kepadanya.
Salah satu alasan bagi pemalas untuk tidak bekerja adalah karena ia berpikir bahwa hal tersebut adalah perkara kecil dan sepele. Ia selalu berpikir bahwa hal-hal kecil seperti itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Sementara kita tahu bahwa banyak hal besar justru diawali dengan hal-hal kecil lebih dulu. Tanpa mau mengawali dengan hal kecil, bagaimana mungkin Tuhan akan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar?
Sangat berharap bahwa keunikan-keunikan tersebut tidak ada pada diri Anda. Namun sekiranya ada, baiklah kita mengambil keputusan untuk meninggalkan budaya malas ini.
Tinggalkan budaya malas!

sumber : http://www.renungan-spirit.com/artikel-rohani/keunikan_pemalas.html

Rabu, 23 Mei 2012

Doa itu Kebutuhan

Bacaan: Efesus 6:10-20

Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh. - Efesus 6:18a


Suatu waktu di gereja, seorang pendeta bertanya kepada satu keluarga, “Apakah kalian melakukan doa bersama?” “Maaf, Pak pendeta,” jawab kepala keluarga itu, “kami tidak punya waktu untuk itu.” Pendeta itu berkata, “Seandainya kamu tahu salah seorang anakmu akan sakit, apakah kalian tidak akan berdoa bersama memohon kesembuhannya?” “Oh, tentu kami akan berdoa,” jawab sang ayah. “Seandainya kamu tahu bahwa ketika kamu tidak berdoa bersama, salah satu anakmu akan terluka dalam kecelakaan, apakah kamu tidak akan berdoa bersama?” “Kami pasti akan melakukannya.” “Seandainya untuk tiap hari ketika kamu lupa berdoa, kamu akan dihukum lima ratus ribu, apakah kamu akan berdoa?” “Tentu Pak, kami akan berdoa bersama. Tapi maaf, apa maksud pertanyaan-pertanyaan tadi?” “Begini Pak, saya pikir masalah keluarga Anda bukan soal waktu. Buktinya Anda ternyata selalu punya waktu untuk berdoa. Masalahnya adalah, Anda tidak menganggap doa keluarga itu penting, sepenting membayar denda atau menjaga agar anak-anak tetap sehat.”
“Tuhan, ampunilah kami karena kami telah berpikir bahwa doa adalah membuang waktu dan tenaga, dan tolonglah kami agar dapat melihat bahwa tanpa doa pekerjaan kami hanya membuang waktu dan tenaga...” ungkap Peter Marshall. Ya, doa seharusnya menjadi kunci pembuka di pagi hari dan gembok pelindung di malam hari. Doa memberi kekuatan pada orang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberi keberanian pada orang yang takut. Jika kita berdoa saat kesulitan, doa itu akan meringankan kesulitan kita. Jika kita berdoa pada saat gembira, doa itu akan melipatgandakan kegembiraan kita.
Bila akhir-akhir ini kita tidak atau jarang berdoa, sekaranglah waktunya untuk memulai kembali. Komunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa dapat menciptakan keajaiban bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Ingatlah bahwa satu hari yang dilipat dalam doa tidak akan mudah dikoyakkan.

sumber : http://www.renungan-spirit.com/artikel-rohani/doa-itu-kebutuhan.html

Sabtu, 21 April 2012

Miliki Kesabaran

ORANG yang memiliki kesabaran, tidak mudah putus asa. Kenapa? Karena ada sesuatu yang kuat di dalam dirinya. Sekalipun didera masalah bertubi-tubi, dia tidak mudah putus asa. Sementara orang yang tidak memiliki kesabaran, jika dibelit persoalan, mungkin langsung ke-cewa dan menyerah pasrah. Orang seperti ini dengan sendirinya tidak bisa menikmati cinta kasih dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya karena tidak merasakan munculnya kesabaran seba-gai suatu sudut pertahanan yang bisa menguatkan dirinya.

Orang yang memiliki kesabaran, tidak akan marah tanpa arah. Dalam Alkitab ada tertulis: jangan-lah amarahmu bertahan sampai matahari tenggelam. Maksudnya, sebelum matahari tenggelam, perasaan amarah itu sudah harus hilang. Ungkapan di atas mengan-jurkan agar sifat amarah itu jangan berlarut-larut. Sebab jika kemarah-an dibiarkan berlarut-larut, akan timbul kebencian. Rasa benci yang dipelihara akan berubah menjadi dendam. Rasa dendam berpotensi mengarahkan kita melakukan suatu tindakan dosa yang dampak-nya bisa sangat mengerikan.

Meski demikian, bukan berarti pula kita tidak boleh marah, sebab Yesus sendiri pernah marah. Marahlah kalau kebenaran diper-mainkan. Marahlah kalau kebebalan dipertontonkan. Marahlah karena kedegilan dan ketololan dilakukan berulang-ulang. Marah karena hal-hal seperti itu jelas memiliki arah. Tetapi marah tanpa arah adalah marah tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Tidak ada masalah, marah. Salah sedikit, marah-marah. Itu contoh-contoh kemarahan yang tidak punya arah. Orang yang suka marah tanpa arah, pada dasarnya sedang mem-pertontonkan bahwa dirinya tidak punya pegangan. Orang seperti ini sangat sensitif, sangat emosional. Orang yang memiliki sifat semacam ini kondisinya juga sangat labil. Kenapa? Karena dia tidak memiliki akar atau pegangan yang kuat, sehingga tidak punya daya tahan. Dan orang-orang semacam inilah yang gampang putus asa. Dari sini dapat pula ditarik se-macam kesimpulan bahwa, kemarahan itu timbul karena faktor ke-putusasaan. Kemarahan itu timbul karena
tidak berakar pada satu kekuatan yang solid sehingga membuatnya sangat labil, yang pada gilirannya membuatnya tidak memiliki kemampuan mengendalikan diri. Oleh karena itu, kita mutlak harus memiliki kesabaran sebagai sesuatu yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Dan itu wajib kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.

Yang kedua, orang yang mem-punyai kesabaran, melihat perma-salahan sebagai anak tangga menuju kemajuan. Jika dia terbentur pada suatu masalah, dia tidak lari. Sebab dia justru melihatnya sebagai anak tangga menuju kemajuan. Karena jika ada orang yang sudah biasa dan bisa melewati masalah, dengan sendirinya dia punya pengalaman menangani/mengatasi masalah. Orang yang sudah terbiasa mengatasi masalah, dengan sendirinya daya tahannya makin bertambah. Jadi, masalah merupakan sebuah latihan baginya, sebuah ujian yang sangat penting.

Orang-orang Kristen saat ini, kebanyakan cenderung menjadi cengeng. Ini terjadi pada orang-orang yang punya anggapan bahwa dengan percaya kepada Tuhan, kita tidak bakal dapat masalah lagi. Bagi orang-orang seperti ini, Tuhan adalah tempat membereskan semua persoalan. Tuhan hanya sebagai tempat pelarian atau pelampiasan emosi. Sikap ini jelas kontra-produktif dengan ucapan Yesus, "Mau ikut Aku? Sangkal dirimu, pikul salibmu." Ucapan Yesus itu tentu tidak sejalan dengan kecenderungan kebanyakan orang Kristen masa kini yang lari ke Tuhan hanya jika sedang dilanda persoalan. Sebalik-nya, jika sedang merasa senang, kita tidak punya waktu untuk Tuhan, tetapi sibuk dengan hantu. Maksudnya kita berasyik-asyik dengan kenikmatan duniawi yang menjerumuskan.

Inilah bentuk kecenderungan yang salah, sehingga keberimanan kita kepada Tuhan, seringkali bukan ditakar atau diukur dari bagaimana kita menyenangkan Tuhan, tetapi bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Orang Kristen yang punya sifat semacam ini, yang inginnya hanya disenangkan Tuhan, memiliki mentalitas yang sangat payah, dan sangat tidak layak menyandang predikat sebagai laskar Kristus. Sebab yang namanya laskar, tempatnya di medan tempur, dan permintaannya bukan bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Laskar adalah suatu posisi yang sangat terhormat, karena dia diberi kepercayaan untuk berjuang. Jadi, namanya bukan laskar jika meminta baju dengan tanda bintang kehormatan. Laskar bukan orang yang tahunya hanya makan enak dan minum nikmat. Kecenderu-ngan semacam ini tentu membuat orang menjadi malas dan bahkan membahayakan bagi orang lain.

Seorang pengusaha sukses, tentu berjuang sehingga mampu membangun perusahaannya. Sedangkan orang yang selama ini mendapat banyak fasilitas, kebanyakan mengalami kegagalan. Banyak contoh membuktikan bahwa generasi pertama yang membangun sebuah perusahaan besar adalah orang-orang gigih, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah meskipun didera berbagai kesulitan dan kesusahan yang luar biasa. Namun, tidak jarang anak-anaknya atau cucu-cucunya yang merupakan generasi kedua dan ketiga, yang tidak pernah merasakan masa-masa susah dan sulit, justru mereka inilah yang membuat perusahaan hancur. Tapi perlu diingatkan pula bahwa tidak semua orang mesti dibuat susah dulu, supaya berhasil. Yang jelas kita dituntut untuk bisa menghadapi segala masalah dan bertumbuh di situ.

Konsep ini harus ditanamkan supaya kita melihat bahwa setiap permasalahan itu adalah anak tangga menuju kemajuan. Jangan memotong kompas untuk bisa lari ke jalan yang mungkin lebih mudah, tetapi salah. Misalnya, jika sakit, kita berdoa supaya disembuhkan Tuhan. Namun saat Tuhan 'memperlambat' proses penyembuhan dalam rangka menguji, kita lari ke dukun. Ini jelas suatu contoh mentalitas yang payah.

Orang yang memiliki kesabaran memiliki daya tahan yang tangguh karena ada pengharapan yang kuat. Pengharapan dari mana? Pengharapan akan kasih Kristus. Pengharapan akan kasih yang menggelora dan terus berkembang dalam batin, membuat kita sangat kuat luar biasa.

Senin, 02 April 2012

Shalooooooom...
----------------------
Ayo teman-teman, datang di Persekutuan Jum'at PMK ITS:
----------------------
Jum'at, 13 April 2012
... 11.00 WIB
Teater B ITS
"The Passion of The Christ"
Tujuan: Supaya mahasiswa Kristen mengingat kembali pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa kita.
Bentuk: Watching Movie and Quiz.

Sabtu, 31 Maret 2012

Willingness to Sacrifice..


M
ana yang benar, Yesus dikorbankan atau Yesus berkorban? Apakah Ia kor­ban sendiri atau dikorbankan? Siapa yang berkorban dan siapa yang men­gorbankan?

Kalau hal ini kita telusuri secara mendalam dan perhatikan, nyatalah bagi kita apa makna Paskah. Kalau pada waktu yang lalu kita diguncangkan den­gan film ”The Passion of the Christ” karya besar dari Mel Gibson, seakan-akan film ini membawa pengertian kita kepada Yesus yang dikorbankan sebagai akibat kon­filasi Politik. Tetapi yang pasti, dalam Alkitab bahwa Yesus berkorban sesuai rencana Allah untuk kesela­matan manusia kepada suatu zaman yang baru. Ada beberapa bukti dalam Alkitab, misalnya Ibrani 8 : 3 ”Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mem­persembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersem­bahkan”. Dan juga dalam Ibrani 9 : 28, ”....demikian pula Kristus hanya satu kali saja memgorbankan di­riNya....”. Disamping Allah yang mengorbankan, Yesus juga berkorban sebab Yesus sendiri sangat bergumul untuk melakukan itu (bdg : Ketika Yesus berdoa di Ta­man Getsemane).
Pernah ada sebuah Kesaksian seorang yang sudah lanjut usia pada suatu kebaktian : yang men­ceritakan seorang Ayah sedang berlayar bersama anak dan teman anaknya ke laut lepas Pantai Pasifik. Tiba-tiba datanglah badai yang ganas menghantam kapal mereka dan melemparkan mer­eka ke tengah lautan tanpa dapat kembali ke pantai. Amukan gelombang yang semakin besar membuat sang ayah yang walaupun seorang pelaut berpengalaman, tidak mampu lagi mempertahankan arah kapalnya. Kapal itu terhempas oleh gelombang besar dan kedua anak itu terlempar ke laut lepas yang sedang menggelora. Sang ayah lalu mengambil tali tambang untuk dilemparkan kepada 2 anak itu. Namun, saat itu ia menyadari bahwa ia harus mengambil keputusan sulit dalam hidupnya. Kepada siapa dilemparkannya ujung tali tambang itu? Ia mengetahui dengan pasti bahwa anaknya seorang yang percaya Tuhan, namun teman­nya sama sekali bukan seorang percaya. Ia hanya mempunyai sedikit waktu untuk menentukan keputusan ini. Rasa kepedihan yang mendalam mendadak me­luap di hatinya jauh melebihi keganasan gelombang badai air laut saat itu. ”Aku mengasihimu, Anakku!” teriak sang ayah, sambil melempar tali tambang kedalam badai. Namun, tali itu bukan diarahkannya kepada anaknya, me­lainkan kepada teman sang anak. Dengan se­gala daya akhirnya te­man anaknya itu berhasil ditarik dan diselamatkan ke dalam kapal. Namun, anaknya sendiri telah lenyap ditelan oleh gelombang badai dan tak pernah lagi ditemu­kan. Namun, sang ayah percaya bahwa anaknya te­lah bersama Kristus di surga. Sementara, sang teman tak akan mungkin bersama Yesus bila saat itu ia tak diselamatkan.
Orang tua itu mengakhiri ceritanya dan duduk kem­bali dalam keheningan. Beberapa anak muda yang sejak tadi mendengarkannya tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada orangtua itu. ”Cerita Anda sung­guh luarbiasa. Namun, apakah wajar seorang ayah mengorbankan anaknya dengan harapan suatu hari teman anaknya itu menjadi percaya Tuhan?”. ”Pertanyaan yang bagus!” sahut orangtua itu. Sebuah senyum lebar menghiasi wajah tuanya. Katanya kepa­da anak-anak muda itu,”Memang tidak wajar seorang ayah mengorbankan anaknya untuk mengharapkan sesuatu yang belum pasti! Namun, aku berdiri disini untuk memberi kesaksian bagaimana sang ayah itu mengorbankan sendiri anaknya demi aku. Tahukah Anda?? akulah teman anak itu.”
Sama seperti cerita sang Ayah tersebut, demikianlah juga gambaran Allah memberi­kan/mengorbankan Yesus bagi kehidupan kita manu­sia, seperti dalam Yohanes 3 : 16 itu, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya yang tunggal...............”. Da­risini juga dapat mengerti bahwa NATAL dan PASKAH dua peristiwa yang tak terpisahkan.
Seperti pada mulanya ketika bangsa Israel mau ke­luar dari Mesir, Paskah juga mereka lakukan sesuai Firman Allah untuk menyelamatkan dan Penebusan. Dalam Keluaran 12 : 27 ”maka haruslah kamu ber­kata : Itulah korban Paskah bagi Tuhan yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menu­lahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita,”lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyem­bah”. Sehingga Hari Raya Paskah adalah Perayaan Pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Anak-anak sulung orang Mesir dibunuh tetapi pintu-pintu rumah orang Israel ”dilewati” (Bahasa Ibrani PESAH berarti melewati). Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus dis­ebut ”anak domba Paskah” (1 Kor 5 : 7) artinya jadi dikorbankan atau ”anak domba yang disembelih” (Wahyu 5 : 6). Walaupun pada gereja mula-mula ada pergeseran makna baru yaitu Perayaan Ke­bangkitan Tuhan.
Dengan demikian gereja mula-mula menafsir­kan peristiwa Paskah sebagai Tindakan Allah yang turun tangan dalam sejarah keselamatan manusia. Dengan pengorbanan Yesus Kristus, Allah melantik dan meneguhkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itu berarti bahwa dengan kebankitan Yesus, Allah memberlakukan zaman baru yang telah datang dalam diri Yesus. Pen­gorbanan Yesus menjadi sebuah sejarah baru atau zaman baru telah dimulai sejak peristiwa itu. Adapun zaman baru itu adalah zaman dimana kita diberi pengharapan bahwa injil adalah berita kesukaan, sebab disana ada pertobatan dan pembaharuan, kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan (Mrk 1 : 15, Lukas 4 : 18 – 21).
Paskah menjadi Nilai maksimal dimana Allah sendiri berkorban untuk keselamatan manusia yang berdosa. Sehingga setiap kita merayakan Paskah harusnya RESAH terhadap tata hidup manusia lama yang tidak ada pertobatan, tidak ada pembaha­ruan, ketidak-bebasan, ketidak-adilan, ketidak-benaran dan ketidak-sejahteraan yang ada dalam masyarakat sekarang ini. Maukah kita Berkorban dengan Kebenaran Firman Tuhan untuk Kebaikan??