M
|
ana yang benar, Yesus dikorbankan
atau Yesus berkorban? Apakah Ia korban sendiri atau dikorbankan? Siapa yang
berkorban dan siapa yang mengorbankan?
Kalau hal ini kita telusuri
secara mendalam dan perhatikan, nyatalah bagi kita apa makna Paskah. Kalau pada
waktu yang lalu kita diguncangkan dengan film ”The Passion of the Christ”
karya besar dari Mel Gibson, seakan-akan film ini membawa pengertian kita
kepada Yesus yang dikorbankan sebagai akibat konfilasi Politik. Tetapi yang
pasti, dalam Alkitab bahwa Yesus berkorban sesuai rencana Allah untuk keselamatan
manusia kepada suatu zaman yang baru. Ada beberapa bukti dalam Alkitab,
misalnya Ibrani 8 : 3 ”Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan
korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk
dipersembahkan”. Dan juga dalam Ibrani 9 : 28, ”....demikian pula Kristus
hanya satu kali saja memgorbankan diriNya....”. Disamping Allah yang
mengorbankan, Yesus juga berkorban sebab Yesus sendiri sangat bergumul untuk
melakukan itu (bdg : Ketika Yesus berdoa di Taman Getsemane).
Pernah ada sebuah Kesaksian
seorang yang sudah lanjut usia pada suatu kebaktian : yang menceritakan
seorang Ayah sedang berlayar bersama anak dan teman anaknya ke laut lepas
Pantai Pasifik. Tiba-tiba datanglah badai yang ganas menghantam kapal mereka
dan melemparkan mereka ke tengah lautan tanpa dapat kembali ke pantai. Amukan
gelombang yang semakin besar membuat sang ayah yang walaupun seorang pelaut berpengalaman,
tidak mampu lagi mempertahankan arah kapalnya. Kapal itu terhempas oleh
gelombang besar dan kedua anak itu terlempar ke laut lepas yang sedang
menggelora. Sang ayah lalu mengambil tali tambang untuk dilemparkan kepada 2
anak itu. Namun, saat itu ia menyadari bahwa ia harus mengambil keputusan sulit
dalam hidupnya. Kepada siapa dilemparkannya ujung tali tambang itu? Ia
mengetahui dengan pasti bahwa anaknya seorang yang percaya Tuhan, namun temannya
sama sekali bukan seorang percaya. Ia hanya mempunyai sedikit waktu untuk
menentukan keputusan ini. Rasa kepedihan yang mendalam mendadak meluap di
hatinya jauh melebihi keganasan gelombang badai air laut saat itu. ”Aku
mengasihimu, Anakku!” teriak sang ayah, sambil melempar tali tambang kedalam
badai. Namun, tali itu bukan diarahkannya kepada anaknya, melainkan kepada
teman sang anak. Dengan segala daya akhirnya teman anaknya itu berhasil
ditarik dan diselamatkan ke dalam kapal. Namun, anaknya sendiri telah lenyap
ditelan oleh gelombang badai dan tak pernah lagi ditemukan. Namun, sang ayah
percaya bahwa anaknya telah bersama Kristus di surga. Sementara, sang teman
tak akan mungkin bersama Yesus bila saat itu ia tak diselamatkan.
Orang tua itu mengakhiri
ceritanya dan duduk kembali dalam keheningan. Beberapa anak muda yang sejak
tadi mendengarkannya tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepada orangtua itu.
”Cerita Anda sungguh luarbiasa. Namun, apakah wajar seorang ayah mengorbankan
anaknya dengan harapan suatu hari teman anaknya itu menjadi percaya Tuhan?”. ”Pertanyaan
yang bagus!” sahut orangtua itu. Sebuah senyum lebar menghiasi wajah tuanya.
Katanya kepada anak-anak muda itu,”Memang tidak wajar seorang ayah
mengorbankan anaknya untuk mengharapkan sesuatu yang belum pasti! Namun, aku berdiri
disini untuk memberi kesaksian bagaimana sang ayah itu mengorbankan sendiri
anaknya demi aku. Tahukah Anda?? akulah teman anak itu.”
Sama seperti cerita sang Ayah
tersebut, demikianlah juga gambaran Allah memberikan/mengorbankan Yesus bagi
kehidupan kita manusia, seperti dalam Yohanes 3 : 16 itu, ”Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya yang
tunggal...............”. Darisini juga dapat mengerti bahwa NATAL dan PASKAH
dua peristiwa yang tak terpisahkan.
Seperti pada mulanya ketika
bangsa Israel mau keluar dari Mesir, Paskah juga mereka lakukan sesuai Firman
Allah untuk menyelamatkan dan Penebusan. Dalam Keluaran 12 : 27 ”maka haruslah
kamu berkata : Itulah korban Paskah bagi Tuhan yang melewati rumah-rumah orang
Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan
rumah-rumah kita,”lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah”. Sehingga
Hari Raya Paskah adalah Perayaan Pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Anak-anak
sulung orang Mesir dibunuh tetapi pintu-pintu rumah orang Israel ”dilewati”
(Bahasa Ibrani PESAH berarti melewati). Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus
disebut ”anak domba Paskah” (1 Kor 5 : 7) artinya jadi dikorbankan atau ”anak
domba yang disembelih” (Wahyu 5 : 6). Walaupun pada gereja mula-mula ada
pergeseran makna baru yaitu Perayaan Kebangkitan Tuhan.
Dengan demikian gereja mula-mula
menafsirkan peristiwa Paskah sebagai Tindakan Allah yang turun tangan dalam
sejarah keselamatan manusia. Dengan pengorbanan Yesus Kristus, Allah melantik
dan meneguhkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itu berarti bahwa dengan
kebankitan Yesus, Allah memberlakukan zaman baru yang telah datang dalam diri
Yesus. Pengorbanan Yesus menjadi sebuah sejarah baru atau zaman baru telah
dimulai sejak peristiwa itu. Adapun zaman baru itu adalah zaman dimana kita
diberi pengharapan bahwa injil adalah berita kesukaan, sebab disana ada
pertobatan dan pembaharuan, kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan
(Mrk 1 : 15, Lukas 4 : 18 – 21).
Paskah menjadi Nilai maksimal dimana Allah sendiri
berkorban untuk keselamatan manusia yang berdosa. Sehingga setiap kita
merayakan Paskah harusnya RESAH terhadap tata hidup manusia lama yang tidak ada
pertobatan, tidak ada pembaharuan, ketidak-bebasan, ketidak-adilan,
ketidak-benaran dan ketidak-sejahteraan yang ada dalam masyarakat sekarang ini.
Maukah kita Berkorban dengan Kebenaran Firman Tuhan untuk Kebaikan??
wahh., terima kasih Agung, sudah menulis di blog ini..
BalasHapusjadinya gak sepi dech..
:-)
ehmm., ada beberapa hal ni yang ingin aku sampaikan dan tanyakan..
1. menurutku ilustrasi berupa kesaksian seorang tua tersebut adalah baik untuk disampaikan., namun penggunaannya untuk analogi tentang kasih Tuhan menurutku karena beberapa hal kurang tepat..
salah satunya karena pelaut tersebut "yang walaupun seorang pelaut berpengalaman, tidak mampu lagi mempertahankan arah kapalnya"..
2. tolong saya diberi penjelasan mengenai kalimat berikut :
"Dengan pengorbanan Yesus Kristus, Allah melantik dan meneguhkan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat"
itu aja dulu dech..
terima kasih :-)
jangan bosan untuk memberkati lewat tulisan ya..
Tuhan memberkati...
Terima kasih buat masukan dan pertanyaan kak febrian..
HapusUntuk masukan pertama, yang saya lihat dari cerita tersebut adalah "pengorbanan" dari sang ayah yang mengorbankan anaknya untuk menyelamatkan teman anak tersebut, yang kemudian menjadi bertobat..
Hal tersebut diutarakan pada kalimat : "Sama seperti cerita sang Ayah tersebut, demikianlah juga gambaran Allah memberikan/mengorbankan Yesus bagi kehidupan kita manusia.."
Jadi kesimpulannya, bukan kisah bagaimana orang tua tersebut tidak mampu lagi mempertahankan arah kapalnya, melainkan pengorbanan yang ia berikan untuk teman anaknya tadi.
Untuk pertanyaan kedua, terima kasih kak sudah memberikan masukan yang sangat bagus.. Kalimat tersebut salah, karena bukan hanya setelah pengorbanan diri Yesus saja, melainkan mulai Yesus dilahirkan, Ia sudah merupakan Tuhan dan Juruselamat bagi seluruh umat manusia.
Mungkin akan lebih baik bila kalimat tersebut diganti menjadi :
Dengan pengorbanan Yesus Kristus, seluruh dosa yang manusia lakukan telah dihapuskan.
Terima kasih banyak kak Febrian, masukan"nya akan saya terima dan akan membuat kami menjadi lebih baik lagi ke depannya..
Tuhan Yesus memberkati..
terima kasih sudah merespon :-)
Hapusbelum puas sich dengan responnya..
tapi aku yakin tidak baik [bagi diriku] kalau aku lanjutkan..
hehehe..
SEMANGAT!!
Gbu :-)